Sunday, August 19, 2012

Beratap Langit yang Sama




Takbir berkumandang sedari pagi, khas suasana idul fitri banget. Badan juga masih remuk lemas karena tidur larut berurusan dengan kompor dan bumbu-bumbu. Bangun pagi seolah seperti sama dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tapi ada yang lain hari ini, saya dibangunkan oleh alarm handphone, bukan oleh suara ibunda yang menyuruh bergegas siap-siap ke masjid. Atau oleh suara bapak yang iseng-iseng suka bertakbir keras2 di telinga kami. Tahun ini saya terbangun di kamar sendirian.

Sedih amat, hari raya seorang diri begini.
Jauh dari keluarga.
(Supaya lebih menghayati ketika membaca, boleh sambil menyetel lagu Home by Michael Buble)

Segeralah saya mandi, berkemas siap siap ke lapangan sepakbola, untuk shalat idul fitri berjamaah. Setelah menelepon teman "Hoi amanda, mari jalan!" Maka berangkatlah kami dengan ceria menuju sumber suara lantunan takbir hari raya.

"Allahu akbar, allahuakbar allahu akbar, laaailahailallahuwallahuakbar, allahuakbar walillaahilhamd"

Selepas shalat rakaat kedua, saya mellow lagi. Inginnya habis mendengarkan ceramah ini, salam2an sama keluarga, makan sama-sama hingga kekenyangan. Namun apa daya.

Sedih amat, hari raya seorang diri begini.
Jauh dari keluarga.
(Supaya lebih menghayati ketika membaca, sekali lagi dianjurkan boleh sambil menyetel lagu Home by Michael Buble)

Tapi tau2 saya menatap langit. Subhanallah banget bisa shalat di tanah dikelilingi pegunungan begini. Setelah menatap langit, hati saya sedikit tenang. Saya tau, di suatu tempat disana, orang2 tercinta juga sedang di naungi langit yang sama. Hembusan angin akan menghantarkan rindu saya ke mereka.
Kemanapun saya pergi, mereka tetap ada untuk saya, seperti bintang yang tak selalu terlihat, namun sebenarnya selalu ada.

Alhamdulillah.

Selamat idul fitri 1433 H.

-uma-

Friday, August 17, 2012

Moonlight of Mine




Entah bagaimana cara wanita ini,
Dari gadis kalem di tempat kecil yg tenang, berjuang menyelesaikan sekolahnya, dan memberanikan diri hijrah mempertaruhkan hidup nyamannya di kota paling tidak pasti di negri ini.

Entah bagaimana pula caranya,
Memiliki energi curahan langit,
Membesarkan anak-anaknya sambil mengais rezeki siang malam.
Memiliki waktu berlimpah ekstra,
Sempat-sempatnya memakaikan kaos kaki membuatkan sarapan, mengemas bekal, dan mengantar anak-anaknya ke sekolah, sebelum memulai peraihan rezeki materialnya setiap hari.

Entah dari mana datangnya cinta itu,
24 jam sehari, tujuh hari seminggu dapat menunggui merawat anaknya yang sakit, meninggalkan segalanya, rutinitas kerja, teman-teman, kehidupan sosialnya.

Berada di dekatnya seperti di terangi sinar bulan di malam hari.
Sinarnya lembut, namun cukup kuat mencerahkan langit malam.

Saya sangat menyayangi wanita ini.
Dia juga pastinya sangat sangat menyayangi saya.

Puja puji bagi Tuhan semesta alam,
Telah menghadirkan sinar bulan seindah dia dalam hidup saya.

-uma-

PS: Happy Birthday, Mom.