Tuesday, December 25, 2012

Reading her Blog: Supernichanemon


 
Salah satu hobi saya dalam mengisi waktu luang kala jaga malam, ya browsing.
*kayaknya bukan hobi deh, emang itu cara semua orang buat killing time. Hahahaa*

Dan setiap kali saya selalu menyempatkan membaca blog org2 terdekat, tentu saja adik saya juga.
In somehow, saya merasa melihat dan membaca blog-nya akan mengobati keinginan saya bercengkrama langsung dengannya, tapi ternyata tidak sama sekali. Yang ada tambah ingin pulang, berbagi hari bersama seperti biasanya dahulu.

Dia adik saya, anak manis kesayangan orang banyak. Dengan tingkah ceria kekanak-kanakan dan hati yang lembut, tipe orang yang siapapun gak kan tega memarahi.
Dia yang dulu besarnya persis setengah dari kenampakan saya, sekarang kami bagaikan teman sebaya jalan sama-sama.
Dari anak kecil yang hobi-nya copycat semua kelakuan saya, sudah menjadi wanita kreatif mandiri, yang sering menginspirasi.

Waduh, jadi tambah kangen.

Thursday, November 22, 2012

I'm Going Home



Six months far away from my city,
Far away from my beloved ones.

Berada di bumi paling timur tanah air tercinta.

Without significant homesick,
Tanpa tersiksa oleh kerinduan.
Perasaan yang ada seolah tak berharga seperti logam seratus perak, yang sudah tak bernilai untuk apapun, yang keberadaannya kadang sudah diganti dengan bungkusan permen di supermarket.
Rindu yang ada seperti ditabung sekeping demi sekeping, masuk perlahan tapi pasti ke dalam celengan tanah liat.
Hingga berasa seperti saat ini, saat celengan kepenuhan, Tidak muat, tidak lagi sanggup menahan kepingan rindu. Memompa hasrat membuncah untuk berkata segera pada kedua tangan,

"Banting! Pecahkan Celengannya!!"

36.000 kaki melayang di atas permukaan laut.
Terbang lurus ke arah barat.

Kotaku, mari bercinta lagi.

-uma-

http://rri.co.id/Upload/Berita/pesawat_masa_depan_nasa-2.jpg


Monday, September 17, 2012

Pros and Cons... Really?




Ini bukan tentang pro dan kontra.
Bukan juga tentang membandingkan antara satu ataupun dua.
Ini cuma tentang kemana hati bertaut.
Saat pilihan ini, dan pilihan itu sama jeleknya.
Atau sama bagusnya.

Menulis listing pro-kontra juga tidak memberi solusi pasti.
Ambil pilihan yang manapun didera rasa takut menyesal.

Apakah ini saatnya mempercayai natural instict?

Meskipun bila nanti berujung nasib buruk,
Mungkin tak akan terlalu kecewa karena ya, salah sendiri sudah tau tumpul, tidak pernah diasah!!

-uma-