Saturday, October 29, 2011

Opportunity

I've dream about THAT for so long.

Membicarakannya dengan excited bersama seorang sahabat. Merencanakan ini dan itu, untungnya ini, dan itu.
Khas optimisme dokter baru.

Pernah ada yg bilang pada saya, orang yg hebat prestasinya itu justru tipe orang yang paling rapuh. Karena dia terbiasa mendapatkan apa yang dia inginkan, terbiasa meraih apa yg ingin dicapainya.

That statement could be true,
Contohnya seorang adik kelas saya, terbiasa dengan rangking 1, prestasi luar biasa di sekolah lamanya, begitu pindah dan "tertinggal" prestasinya, 5 bulan kemudian dia meloncat dari balkon ruang kelasnya di lantai 3.

Contoh lain, rekan saya dulu juara kelas di SMA-nya, orgnya tekun belajar, dan dalam suatu masa sulit di kampus -BOOM- dia gak lulus satu mata kuliah, akhirnya dia mengurung diri gak mau nerusin.
6 bulan cuti kuliah karena depresi sebelum akhirnya memutuskan mencoba lagi. Perjuangannya berlangsung singkat, karena memang dia nggak tahan sama pressurenya. Keluar lagi.

Mudah2an saya gak se-rapuh itu.
Setelah menerima offering dari salah satu perusahaan internasional yg saya tunggu sejak lama,
Saya datang interview,
And hasn't gone further since.

That was damn good opportunity.

I know I'm not failed yet.
This is just isn't MY TIME :)

-uma-

P.S. : I know.. I know, for some people, this might just be heard as denial, but I prefer call it optimism. Hehehee

Tuesday, October 11, 2011

Barney and Robin


Robin : We’ve tried before, and we failed. What would make you think this time will work?

Barney: Because I can’t stop thinking about you, and you cant stop thinking about me either. What do You Say?

:p


Tuesday, July 5, 2011

Officially

Saya duduk disini, dengan senyum mengembang maksimal yang tak lepas sejak beberapa menit yang lalu. Di leher saya terlingkar sebuah medali. Dipangkuan saya terletak map batik berisi ijazah profesi dokter. Sekeliling saya terasa aura kegembiraan dan sukacita.

Setelah ini, tidak ada lagi yang lebih mengenal saya sebagai mahasiswa, ataupun mbak “sus”, atau kakak guru les privat, ataupun pengiring chamber, atau blah blah blah blah lainnya.

Saya diambil sumpah sebagai dokter hari ini.

Sekelebat teringat masa – masa menjalani detik demi detik sangat panjang saat masih memimpikannya. Masa – masa meraba dalam kegelapan – tak tau mana yang benar mana yang salah, masa – masa dimana waktu seperti selalu kurang, masa – masa belajar menghargai dan dihargai – mencoba bertahan tegak berdiri di tengah hukum rimba – tau saat yang tepat untuk mendongak, pula paham saat harus merunduk.

Masa – masa yang … sekarang terasa sangat kekanak – kanakan. Hehehehehe..

Segala tangis keluh benci yang dulu kerap terucap seperti tidak pernah ada.

Hari ini Cuma ada suka cita yang ingin dibagi, terutama untuk ayah dan bunda. Setiap wajah mereka terlintasma da luapan kebanggaan menggelitik kelenjar air mata, Entah bangga sama siapa. Mungkin ini hanya kepongahan seorang anak bangga akan dirinya sendiri, telah meraih salah satu cita 0 cita besarnya. Mungkin juga merupakan wujud bangga pada ayah bunda yang mampu memberikan limpahan kasih perhatian daya upaya, sehingga hari ini ada. Atau mungkin kebanggaan ini hanyalah sinonim dari perasaan bersyukur, berterimakasih pada semesta, atas pencapaian langkah kecil ini.

Akhirnya …

Sudah berlalu enam puluh menit. Senyum saya masih terkembang, maksimal…

Hehehehehe

-uma-

Note: Selamat teman sejawat, atas pengambilann sumpah-nya hari ini. Semoga optimism ini dapat selalu kita bawa dalam menjalankan profesi ini ke depannya. Aamiin.

Monday, July 4, 2011

Awesome Flashback

(WARNING! super long diary-like post!)

Tomorrow is a quite big day. I'll spell my hypocratic oath with other young (and georgeus) doctors.

Sedikit saya mau mengenang ah, masa-masa menjadi 'dokt
er-muda', dimana menjadi kumpulan orang selalu salah, belajar bagaimana juga selalu bodoh, berasa pintar menguasai materi sudah muntah melahap buku, tapinya tetap dianggap naif (disini tipis ya, naif sama blo'on.. Hahahaa) oleh senior
sejawat.

Every step is memorable.

My 1st stop begin in department of Radiology RSUP Fatmawati - pertama kalinya melihat wujud konkrit sebuah mekanisme defensif seseorang demi terhindar dari kesulitan, dengan mengorbankan orang lain. Wow.

Selanjutnya di Gigi dan Mulut RSPAU Dr. Esnawan Antariksa - pertama kalinya jaga malam (jaga malam? Kan koass gigi? Iya! Di RUSPAU begitu, terima aja. Hahahaa) melakukan CPR pada pasien gawat, dan pasiennya meninggal. Hikks.

Menebalkan telinga akan teriakan setan-setan cilik di Ilmu Kesehatan Anak RSUD Koja - pekerjaan tanpa henti, dari hal seperti menimbang, mengukur suhu, sampe follow up pasien rawat inap yang berjubel. (Maklum, Indonesia. Raja-nya penyakit infeksi) tapi ya, namanya the power of Children's Inosence, capek kayak apa juga gak kan tega mengeluh didepan wajah mungil kurus kurang gizi, tatapan bening mata anak keterbelakangan mental, atau bayi2 kecil yang berjuang bertahan hidup. Dik, lekaslah sembuh dan keluuaaaaaar dari rumah sakit ini...

Ilmu Bedah RSUP Fatmawati - di periode ini, bulan ramadhan terasa sangat berharga, susah bangeet curi2 waktu shalat tarawih, kadang2 gak sempat sahur karena keasikan menjahit wajah robek pengendara motor yang mabuk sampai lewat imsak. Tau-tau menangis waktu lewat idul fitri. Kembalikaan bulaan ramadhan sayaaaaa........

THT-KL RSUD Soeselo-Slawi - New environtment, budaya baru, semua orang sangat hangat, selalu disapa manis di setiap sudut jalanan. Hal yang paling membekas perkataan konsulen saya "Sebagai orang tua, saya kecewa, mengharapkan hal yg lebih dari kamu"... Pulang2 ke kosan murung berurai air mata, disangka pertanda gagal siklus. Menyesal nggak benar2 all out. Tapi it end up dengan saya lulus dengan nilai baik. :)

Ilmu penyakit Saraf RSUD Kardinah-Tegal - medicine is an art. Dua konsulen saraf, dua cara berbeda dalam gaya terapi pasien. Anyway I got new family here, my lady landlord is so care and love me as I was her own grand-daughter. Although meal excluded on room rent, she always concern about my meals, 3 times a day. Terimakasih, Mbah.. :)

Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah-Tegal - another 'medicine is an art' proof :D
Disini saya curi-curi sedikit ilmu obat-obatan kecantikan, kadang-kadang saya gunakan hingga sekarang. And I swear, jikalau saya rajin mengaplikasikannya, maka wajah saya akan mulus seperti kanak-kanak dulu. Jikalau...

Ilmu Penyakit Dalam RSAL Dr.Mintohardjo - ini siklus campur aduk perasaannya, hahahaa... Di siklus ini saya makin sadar kalo saya suka ilmu penyakit dalam, siklus menyenangkan karena ada juga wajib olahraga dan karaoke-an sama konsulen, pertama kali juga bertengkar dengan dokter jaga karena pasien hampir terancam nyawanya, di siklus ini juga saya pertama kali mencoba benar2 long distance relationship, bertemu another romance which makes me feel like a princess, cry over my own friend who passed away from suffering illness in my own ward, mendapati berita my little sister menderita penyakit yang cukup serius, and.. Yes, I failed the exam on my first try. Hehehee.. I think I should put on its own episodes of dramas for telling this stories.

Forensik UI-RSCM - yang teringat.... Jaga malam di kamar mayat, disini saya merasa kayak nggak berguna banget, capek2 jaga malam, tapi not for saving someone's life, menunggu jenazah. Hhhh... Sisi lain ilmu kedokteran juga saya dapat disini, kepentingan medikolegal dan sekelumit pasal pasal hukum juga harus saya cermati disini.

IKM Jakarta - Puskesmas Mampang Prapatan - hal yang menarik dan saya paling ingat waktu bertugas di puskesmas mampang sini kalau hari jumat, ada jadwal ke rumah masyarakat, untuk health visiting, sekaligus memeriksa bak mandi apakah bebas dari jentik nyamuk. Kadang kadang berasa jadi orang 'penting', soalnya kami dokter sangat muda ini sering diminta kata sambutannya right after kata sambutan dari pak lurah. Hehehee sambutan paling berkesan ada suatu visiting yang saya disuguhi sajian tradisional betawi, mulai dari ketupat sayur sampe bir pletok, dan rasanya SUMPAH enak banget banget... Saya coba cari minuman yang rasanya mirip enaknya ama itu aja belum dapat sampai sekarang!

Anestesi RSMM Bogor - hidup di OK, pagi2 visite pasien, lalu ke kamar operasi, hingga matahari terbenam, setiap hari. Putih deh. Akrab banget sama alarm monitor yg selalu ber-beep beep beep di ICU dan ruang operasi. Kalo bunyinya tiba-tiba cepat, kami langsung panik, yang artinya mungkin tekanan darah pasiennya drop, atau saturasi oksigennya nggak cukup. Huaaa deg-degan..Setiap hari pulang ke kosan melintasi sawah bersama Afien. So Fun :D

Hiperkes- yang paling berkesan tentu saja waktu kunjungan ke PT BUKAKA, itu tempat produksi alat berat gitu, juga monorail, jembatan, dll.. Wuaah... So cool. Alat-alatnya bagus, menara-nya bagus, malah sempat kepikiran "kenapa saya dulu nggak jadi insinyur aja ya" hahahhaaa

Ilmu Kesehatan Jiwa RSJ Soeharto Heerdjan -
Siklus Gila, dimana dokter-dokternya lebih Gila dari pasiennya. Disini saya berasa suka terbawa kalo mendengar pasien menceritakan fantasi-fantasinya. Wow... Dan disini saya belajar, bahwa semua orang (yes, including you and me) itu mempunyai kecenderungan memiliki kelainan jiwa. Weiiiits.... Hati-hati yang suka berasa memiliki imajinasi liar. Be careful with your own mind :D

Ilmu Kebidanan dan Kandungan RSUD Budhi Asih – mulai dari curious, excited, sampai Muak melihat ibu dengan perut gendut, dengan teriakan perjuangan mereka di dini hari, dengan hari-hari tanpa tidur begerak tanpa berpikir, sesuai refleks, tapi tetap ketika bayi-nya lahir, lega-nya luar biasa. That's new Life that have just been brought out, Man!!

Ilmu Kesehatan Mata RSUD Bekasi - yang saya ingat disini, konsulennya amat baik, amat gaya, amat murah berbagi ilmu. mendapatkan siklus ini sebagai siklus terakhir saya... Benar-benar heaven.. :D
Penutup yang sempurna..

Well, kalau melihat perjuangan ke belakang emang yang ada ingin senyum-senyum. Lupa sudah dulu kisah-kisah bertengkar sama teman, atau dapat perlakuan tidak enak, atau apapun.

Memorable.

Hehehe

Tomorrow is a big day.
Can't wait.

-uma-

Sunday, May 15, 2011

One Best Thing on One Best Time

Part 1. Me to Him. Invisible. Non- Exist.

Being in same building for 3 years.

Being in same social-organization for a year.

Being in row cycle 2 times.

Being in SAME major cycle one countable time.

(No conversation)

HOW COME HE DIDN’T SEE ME ?!


Part 2. Me to Him. Formal collegues Talk as needs. Bussiness Coffee.

Arranging appointment to finish tasks.

Arranging strategy before performing case discussion.

Him: how’s your case progress?

Me: I dunno, actually I kinda doubt my own diagnose.

Him: Well, eh good luck. Thank God, Mine was done successfully this morning. Hahahahahha…

Me: …

(Stupid Pathological Collegues !! Hrrr….)


Part 3. Me to Him (and the rest of the devils). Crazy Escapes, Midnite Nuts. Frickin’ Laughter.

Playing cards while being forced to watch x-rated movie.

Playing underwater peek-a boo on a pool

Playing ‘Truth or Dare’ with unspeakable questions.

Me: Let’s go to sleep. It’s already 4 a.m. I think I start being tired.

Him: I bet we couldn’t. We have to pack in one hour and drive a thou…sand miles away back to J-town. Or else, we couldn’t attend our 8 am class. Rite?

Me: ……………….

Him: more Red Bull?

Me: Please.


Part 4. Him to me. Long distance Heart to heart. Best Friend. Daily roborantia.

Texting while night shift spare time.

Texting while out of mind.

Texting of what’s happening right now.

Texting something not interesting with interesting feeling.

Me: Hey I’m home. How’s Life?

Him: Home? I thought you’re with friends and enjoying some of your fave salmon roll right now?

Me: That, I Cancelled. So how’s weather there?

Him: cool. Lets talk more about that.

Me: Awesome.

(What The hell is that?)


Part 5. Me to Him. Living the moment.

“I don’t really know whether THIS is the right time whatsoever. I just follow what my heart said. So, What do you say?”

… To Be continued …


-uma-

Sunday, March 6, 2011

I Let It Go


Dear you,

Our time was short, just about seven years and four months count. Nothing to regret, I’m happy all the way, you’ve used to make me happy all the way. To fell in love again and again with the same person, used to seems right and easy if the person was you. That’s why I could voluntarily kept my feeling deeper and deeper everyday. Close my eyes and heart for anyone else. (well, not “always”, but I think we did enough *big grin*)


Thank you for everything. Yes, It hurts, heart couldn’t lie. I neither would lie nor deny.

But NO, I won’t cry.


After driving 240 km, hugged by sky and highway, I leave my pain behind. I would forget my love for you.


I close my eyes,

I clear my heart,


One.. two.. three..


I let it go


Good morning, Sunshine... We meet again, hometown,

Smile with me, would you?


-uma-

Tuesday, February 15, 2011

Renungan Indah

I might repost this, but when something beautiful enough to fulfill soul-hunger, I think This just worth to repost.

Read this.

...

Renungan Indah
(W.S. Rendra)

Seringkali aku berkata,
Ketika semua orang memuji milikku

Bahwa sesungguhnya ini hanyalah titipan
Bahwa mobilku hanyalah titipan-Nya
Bahwa rumahku hanyalah titipan-Nya
Bahwa hartaku hanyalah titipan-Nya
Bahwa putraku hanyalah titipan-Nya

Tetapi, mengapa aku tak pernah bertanya:
Mengapa Dia menitipkan padaku ?
Untuk apa Dia menitipkan ini padaku ?
Dan kalau bukan milikku, apa yang harus kulakukan untuk milik-Nya itu ?
Adakah aku memiliki hak atas sesuatu yang bukan milikku ?

Mengapa hatiku justru terasa berat, ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya ?
Ketika diminta kembali, kusebut itu sebagai musibah
Kusebut itu sebagai ujian, kusebut itu sebagai petaka
Kusebut itu sebagai panggilan apa saja untuk melukiskan kalau itu adalah derita
Ketika aku berdoa, kuminta titipan yang cocok dengan hawa nafsuku

Aku ingin lebih banyak harta,
ingin lebih banyak mobil,
lebih banyak popularitas, dan
kutolak sakit,
kutolak kemiskinan,
seolah semua "derita" adalah hukuman bagiku

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti matematika:
Aku rajin beribadah, maka selayaknyalah derita menjauh dariku, dan nikmat dunia kerap menghampiriku.

Kuperlakukan Dia seolah mitra dagang, dan bukan kekasih
Kuminta Dia membalas "perlakuan baikku",
Dan menolak keputusan-Nya yang tak sesuai keinginanku

Gusti,
Padahal tiap hari kuucapkan, hidup dan matiku hanya untuk beribadah.
"Ketika langit dan bumi bersatu, bencana dan keberuntungan sama saja"

...

Rest In Peace, Master.
thank you for this beautiful piece.

-uma-

Tuesday, January 18, 2011

Bila Sudah Lewat


Bila cinta sudah lewat.

Tapi dia lewat, bukannya menghilang tanpa jejak.

Kata yang terucap sudah terekam.


Ikrar yang tertulis sudah tersimpan.

Lagu yang dibagi sudah teralun, terngiang setiap hari.

Meski tak lagi bisa dipercaya

Ketika cinta yang baru hadir,

Akankah kata yang sama dapat terucap?

Akankah ikrar yang sama dapat tertulis?

Akankah lagu yang sama dapat teralun?


Saya tidak Rela berbagi lagu.

-uma-

Monday, January 10, 2011

What Does He Feel?

Tiga puluh menit saya berbincang dengannya.
Tiga puluh menit pula dia mengoceh tak lelah, dengan topik berganti-ganti tiap 15 detik.
Sebentar dia bercerita tentang adiknya tersesat di Bogor,
Sebentar dia berkisah tentang masa kecilnya sebagai juara sekolah,
Sebentar dia mengaku ingin bertemu Cici Paramida his beloved wife,
Sebentar dia ingin menyusul Sungoku melakukan perjalanan ke barat mencari kitab suci.

Baiklah.

Semua diceritakan dengan senyum terkembang, with spirit of child enthusiasm.

Apa yang di-rasa orang ini?

Dia mengalami gangguan otak setelah kecelakaan berat yang mencederai kepalanya.
Ingatannya sudah jelas hilang, dia tiga bersaudara tapi dia mengatakan punya 5 kakak-adik dan mampu menyebutkan nama-nama (fiktif) berikut kehidupan mereka.
Jenjang akademis sudah jelas tak bisa memberikannya harapan, tak peduli dulu dia juara kelas berapa kalipun.
Kehidupann sosialnya, keluarga, tetangga, sahabat, kekasih.. Akal sehatnya?

Apa yang di-rasa org ini?
Dia tak hentinya senyum lebar sambil berkisah kacau dengan ceria,
Apa dia benar bahagia?

One of my psychiatric lecturer said,
"Pasien skizofrenia adalah orang paling bahagia di dunia. Justru filsuf zaman dulu menyatakan lebih baik tidak menyembuhkan mereka, dianggap memudarkan kebahagiaan, menghadapkan mereka kembali kepada realita"

Jadi, apa yang di-rasa orang ini?
Apa dia benar bahagia?
Apa dia lebih senang kehilangan akal sehatnya, sehingga tidak perlu memusingkan pekerjaan, himpitan ekonomi, pergaulan sosial, dan lain lainnya..

Tapi masak sih ada orang prefer kehilangan akal demi merasakan bahagia?

-uma-

PS: Thank God for giving me chance observing patient on psychiatric ward. This means world to me, remind me of my own ideal perception on seeing LIFE as a WONDERFUL GIFT :)