Saturday, April 28, 2012

Dear Good-looking Handsome man who checked himself frequently on the mirror

Entah bagaimana garis perjodohan saya dengan pria ini. Ketika saya baru masuk mall paling legendaris di jakarta selatan siang tadi, saya berpapasan dengan seorang pria. Berjumpa pertama di Pintu masuk lobby. Then he's everywhere I go.

Usianya sekitar tengah atau akhir 20-an. Tampan ukuran rata-rata dengan kulit agak gelap dan cambang membingkai rupa-nya. Memakai kemeja santai dan celana jeans. Dengan tinggi sekitar 180 cm dan tubuh proporsional, ya cukuplah membuat wanita menahan lekat pandangan terhadapnya beberapa detik sambil melintas lalu.

Ketika saya akan mendaftarkan nama saya dalam waiting list sushi tei untuk makan siang, ada pula pria molek ini mendaftar di belakang saya. Ketika saya sedang jalan-jalan, randomly meet this guy again in some store.

Hingga saya hendak keluar ke parking area, saya melihat dia di area parking yang sama.

Jodoh banget.

Yang saya perhatikan, dia sering sekali memeriksa keadaan rupa-nya melalui cermin, atau yang mirip cermin. Ketika di toko, tentu saja dia mencoba kecocokan baju atau sepatu yang akan dibeli-nya melalui cermin. Ketika melewati eskalator, dia menengok pantulan wajahnya di dinding eskalator, membetulkan letak kacamatanya. Ketika saya sedang mencari letak toko Kipling melalui store directory, saya melihat dia sedang memperhatikan pantulan wajahnya di pintu lift sambil membetulkan kerah kemeja-nya.

Seperti biasa, saya suka (sok tau) menebak kepribadian orang melalui tingkah laku yang saya amati. Pria ini pastilah peduli banget sama penampilannya, peduli sekali dengan pendapat orang lain akan diri-nya. Mungkin dia memiliki profesi yang mengharuskan dia punya tingkah laku tertentu, menjaga image demi kepercayaan kliennya. Must be one perfectionist guy dengan target tinggi dalam hidupnya. Seems right.

Sampe suatu ketika saya di parkiran, melihat dia mengendarai mobilnya. (Sedan mulus warna terang yang kinclong. Dalem hati: itu mobil pasti bersih banget, teman-teman dilarang makan dan minum di dalem mobilnya. Hehehe). Dan dia membuang bungkus makanan ke luar mobilnya dari kaca jendela, begitu saja dibuang sembarangan ke jalanan parkiran.

Nila setitik rusak susu sebelangga.

Dia bukan orang perfeksionis, cuma pria egois narsistik yang kurang punya kepedulian sama lingkungan sekitarnya.

Dear Good-looking Handsome man who checked yourself frequently on the mirror,
Your tiny single bad attitude has just turned off your adorable external look.
Maybe you need more time to check your own 'reflection' on the 'mirror'.

Oopps..
Berlaku buat saya juga.
Cermin mana, cermin?
Mau 'ngaca' :D

-uma-

Sunday, April 22, 2012

New Shinny Penny

Siang tadi saya ada janji lunch dengan seorang karib, after haven't met for a very long long long time karena dia pindah domisili to another city. Dia pindah bukan karena sumpek dengan hedonisme Jakarta, tapi karena dia mendapat pekerjaan yang bagus, which for her it means nominal salary-nya 10x lipat salary dia sebelumnya.

Kami berbincang ini itu, bertukar cerita. Catch up dan update cerita baru mengenai keseharian cita dan kehidupan cinta kami selama dipisahkan jarak. Dia masih pribadi atraktif menyenangkan, seperti dulu saya mengenalnya. Tapi bukan manusia namanya kalau nggak dinamis. Ada juga hal yang berubah dari dia. Arah pembicaraannya sekarang lain. Apa apa akan dia kaitkan ke deskripsi material. Saat membandingkan beberapa kesempatan, dia akan berbicara mengenai nominal rupiah (atau kadang dolar) keuntungan masing-masing kesempatan itu. Saat memberi advice kepada saya, deskripsi untung rugi dari setiap advice nyaris menyerempet selalu kepada "berapa-banyak-uang-yang-dikeluarkan/dihasilkan-dari-melakukan/tidak melakukan-itu". Tanpa memikirkan dampak sosialnya terhadap pihak lain. Terus terang saya agak kecewa dengan kecerdasan baru-nya itu.

"Girl, you've change a lot."
"Really?"
"Saya nyaris gak bisa lihat gairah idealisme khas 'kamu', berjuang pake hati."
"Masa?!"
"All you talk about now is money money money. Kamu yang dulu sederhana, hatinya lembut, gak bisa lihat orang lain susah. Apalagi orang miskin."
"I'm happier with my new life. In some level, I realize that my idealism, our idealism, is stupid. Kita akan tergilas kalau terus menjalani kehidupan bagaikan berada di negara ideal.Malah nantinya gak akan bisa berbuat apa apa untuk siapa siapa sama sekali"
"I'm happy for you. Tapi saya cuma merasa, pemikiran baru berorientasi nilai material kamu itu ... Frankly ... Agak dangkal"
"Hahaaaaa happy for you udah cukup, Dear. ga usah ditambah-tambahin"

Well, saya yakin dia akan tetap menjadi karib tersayang dengan kepribadian menyenangkan dan atraktif sampai nanti nanti. I'm happy and proud of her achievement. Hanya tak terbayang nantinya akan terbang kemana jauh semangat idealismenya yang dulu sering saya kagumi.

Semoga pemikiran ideal saya tak kan luntur. Kalaupun terbang menghilang, ya jangan jauh-jauh, dan segera kembali lagi.

Berkomitmen dengan visi.
Tidak menyandarkan nilai kehidupan pada nominal rupiah.
Terus memohon petunjuk pada-Nya.

Optimisme anak muda banget ya. Naif. Hehehe.
Emang saya masih muda :D
*ngaku-ngaku


-uma-

Saturday, April 21, 2012

(Nothing) Last Forever

Kau amat berharga.

Ketika Nichan belum punya gigi yang lengkap,
Kau memungkinkan dia tetap menkonsumsi protein lemak karbohidrat gizi lengkap dengan mengolah lumat lauk nasi dan sayur sekaligus.

Ketika menghaluskan bumbu dengan tumbukan batu terasa menyita waktu dan tenaga,
Kau menghancurkan onion dan kawan kawan hanya dalam hitungan detik.

Ketika sayur dan buah terasa hambar,
Kau membuatnya lezat dengan menyulapnya menjadi smoothies istimewa.

Ketika menyantap daging terasa membosankan,
Kau menginspirasi kami dengan mengolahnya menjadi (trustable) homemade-meatball.

Dua puluh satu tahun yang menyenangkan, kawan.
Kau begitu tangguh,
Namun Nothing lasts forever.
This is your limit time.

Thank You for everymeal.

Good Bye, Blender-Cup.
We're gonna miss you so Much.

-uma, and rest of the family-

Note: posting ini dibuat secara emosional dikala blender kesayangan kami yang telah berputar tajam selama 21 tahun, akhirnya mencapai titik akhirnya ketika Nichan sedang membuat otak - otak.

Friday, April 20, 2012

Best Answers

Once in a past time I was on a sorrow on my own failure for unsuccesfully achieve my own goal. Hampir semua orang-orang tersayang menghibur saya dengan kata-kata manis,
Kebanyakan bilang "Sabar, Rezeki nggak akan kemana" ..Atau.. "Hey, look at your-self. This is not bad. You're doing quite good so far!" Dan lain sebagainya.

Tapi ya, namanya lagi merasa failed, jadinya itu semua penghiburan datang dan pergi bagai angin lalu. I just say simply 'thanks' without really mean their words. Until Finally, one best Friend texted me this:

             God answer pray in three ways.
             One, He say YES and gives what you want.
             Two, He say NO and gives other better.
            Or Three, He say WAIT and gives exactly what you need in HIS own right time.


After received that cliche-magical text, I spontaneously went out from my room and drove straight to the movie to cheer myself up. I wasn't in a sorrow anymore. Saya tersadar, kesedihan saya sebenarnya bukan karena hasil yang (tidak) saya dapat, tapi karena saya kurang pasrah, kurang percaya bahwa pasti ada maksud Tuhan yang saya tak paham namun pasti lebih baik bagi saya.

Ada beberapa hal yg saya ingat, relevan dengan texting ajaib beberapa tahun silam itu.

Saya pernah bermimpi bisa tergabung dalam sebuah Ensemble Big Concert. Really really want! Saya giat berlatih. But GOD said NO. Saya gagal dalam audisi. Sebagai subtitusi, DIA memberi saya waktu lebih banyak untuk konsentrasi pada studi akademik saya, lebih banyak waktu mendekatkan diri pada keluarga dan para sahabat. Sebagai hasilnya, saya memiliki prestasi baik pada semester itu, dan memiliki pengalaman2 baru bersama para sahabat. Oya btw, that Ensemble Big Concert I mentioned earlier turned to had tons of debt because surprisingly low numbers of sold-ticket, each member of the ensemble should paid for the debt.

Satu lagi, saya pernah meminta pada-Nya untuk memberi saya suatu Opportunity berupa pekerjaan yang sejak dulu saya idam2kan, baik dari segi afirmasi diri, ataupun penghargaan finansial. Tapi sayangnya saat itu saya tidak berhasil mendapat kesempatan yang dimaksud. That time I thought GOD said WAIT. Because this time, few months later.. Saya berdiri disini bersyukur pada-Nya telah memberi saya Opportunity itu, dalam keadaan saya yang lebih siap, dan kesempatan yang nilainya waaaay much better.

Ya, saat kita belum paham maksud Tuhan, kita harus memilih PERCAYA, bahwa rencana-NYA selalu yang terbaik untuk kita.

Terhindar dari kerugian.
Mendapat yang lebih baik, di waktu yg lebih baik.


                                

Tuhan sangat sayang saya.
Segala Puji bagi-Nya, Tuhan semesta alam :)

-uma, the blessed one-

Wednesday, April 18, 2012

Weird Stories During my 24 Hours Duty

Everyday is Fun.

Anyway, all worth enough to be remembered and smiled at. Hehehe.
Here I share plenty of weird stuff during my 24 hours duty.

# Superstition and Magic Spell #
Banyak sekali mitos dan kepercayaan yang dimiliki pasien2 saya. Namanya juga Indonesia, ya. Macam-  macam mulai dari membawa peniti atau gunting pada ibu hamil, menjejalkan rambut ibu ke wajah anak saat anak batuk, dan lain lain. Contohnya suatu hari saya mendapati seorang ibu masuk ke tempat praktek saya membawa seikat sapu lidi besar.
       D : dari mana, bu? (Saya pikir dia petugas kebersihan)
       P : saya mau berobat, dok.
       D : loh, itu berobat bawa sapu lidi buat apa?
       P : soalnya saya lagi 'isi', dok.
       D : Terus?
       P : iya, ini buat menolak setan, dok.
       D : (facepalm)
             Bu, kalo sapu lidi bisa nolak setan, kenapa nggak dibawa sepanjang waktu aja,
             kenapa  pas hamil doang?
       P : setannya suka bawa kabur bayi dalam perut, dok.
       D : (doublefacepalm)

# Management Disaster : Flood Averted #
      (1 a.m. In the morning)
      S : (mengetuk pintu kamar jaga dokter)
      D: ya, ada apa, mas? Pasien yah?
      S: Bukan, dok. Kliniknya banjir. Udah masuk apotek, kamar periksa dan ruang tindakan.
          Ayo kita serokin airnya dok. (Sambil menaikkan semua barang2 ke atas lemari)
      D: mari, mas. 
     (Kegiatan menyerok air banjir di klinik berlangsung hingga 2 jam kemudian)

# Wrong Sleeves = Wrong perception #
     P : sus, saya mau minta dokter ke rumah memeriksa saudara saya. Dokternya ada?
     S: (menjawab sekenanya) Nggak bisa, paak.. Dokternya lagi HAMIL. 
         Sudah dekat bulan lahirnya. Lagi nggak bisa Home Visit.
     D: (dear GOD segendut itukah saya?)

# Cheater #
     P: dok, saya minta surat istirahat ya dok
     D: tapi bapak kan cuma batuk ringan. Sakitnya bisa dibawa aktivitas, asal diminum aja obatnya.
     P: tapi saya butuh surat dokter, dok. Sudah 3 hari dari kemarin saya nggak masuk kerja.
     D: 3 hari? Banyak amat. Lagian nggak bisa pak saya kalopun buat surat sakit, tapi tanggalnya mundur.
     P: sekalian minta kuitansi, dok. Supaya biayanya diganti sama kantor.
     D: kalau kuitansi, saya bisa kasih.
     P: harga pembayarannya kalau bisa jangan yg asli, dok.
         Buat aja delapan puluh atau seratus ribu, kayak di klinik lain.
     D: Nggak bisa, pak! Bapak kan berobatnya di puskesmas, bapak cuma keluar uang 10ribu.
     P: Kalo gitu bikin sesuai yg sebenernya aja, dok.
     D: Ya! Kalo gitu saya bikinin.
     P: Tapi tolong dokter tanda tangan disini, dok. (Menyodorkan Form Claim asuransi)
         Mau saya klaim asuransi juga biaya berobat saya tadi.
     D: ...
     (Very very bad employee bermental korup)

# Master of Disguised #
Part I
     P: terimakasih ya dokter, saya ngerti sekarang setelah mendengar penjelasan dokter.
     D: sama-sama, cepat sembuh ya bu.
     P: wah, dokter ini, udah pinter, masih Muda lagi.. 
         Umurnya mah belum ada 25 yah dok 22 atau 23 tahun ya kira2?
     D: Bu, saya sudah mau 26 tahun.
Part II (in different case)
     P: dok, dokter sudah keluarga? Menikah gitu?
     D: Belum, Bu. Kenapa emangnya?
     P: Dokter mau nggak saya kenalin sama anak saya? Siapa tau ada jodoh gitu. Hehehe.. 
         Lumayan loh dok. Anak saya udah punya rumah sendiri. Udah waktunya dia berjodoh.
     D: ahahahha ibu bisa aja (dalem hati: Penasaran mode on)
     P: tapi serasi kayaknya loh dok. Dia juga tinggi kayak dokter,   
         umurnya juga cuma beda dikit lah kayaknya sama dokter,
         dia tahun ini 33 tahun kalo gak salah.
     D: Bu, saya masih 26 tahun.
Berapa sih sebenernya umur saya??!!!

Everyday is Fun.
If it isn't fun, don't call it a day yet.
Enjoy :D

-uma-

Monday, April 16, 2012

Yang Berubah dan Yang Belum Berubah

Ketika kuliah dulu,

Saya dan teman2 frequently held seminars or medical-trainings/workshops or social events di kampus. Sebagai upaya fund-raising kami mendirikan Booth yang mengadakan pemeriksaan kesehatan sederhana seperti pengukuran tekanan darah dan simple blood test plus medical advise about health and nutrition dengan biaya ringan atau 'seikhlasnya' di Jogging track Stadion Gelora Bung Karno setiap weekend. Kenapa hanya weekend? Well, soalnya weekdays-nya kan kami kuliah. Hehehe dan lagi area tersebut hanya ramai ketika weekend, di jejali orang2 yg berolahraga/berekreasi bersama keluarga juga.

Dalam berhari-hari berganti minggu saat menghidupkan Booth tersebut, kami kerap melihat ada seorang ibu menggendong anak sekitar 6 bulan dengan kepala superbesar yang terlihat sangat lemah, duduk di trotoar dengan gelas plastik berisi beberapa recehan. Ibu itu sedang fund-raising juga (sebagai kata lain yang halus dari meminta-minta mengharap belas kasihan) untuk penghidupan sehari-harinya, dan pengobatan sekedarnya untuk anak semata-wayangnya itu, sebut aja namanya Farhan.

Sampai suatu ketika, hati kami anak2 kuliahan ini tergerak prihatin oleh keadaan Farhan, Fund raising yg tadinya buat biaya acara kegiatan mahasiswa jadi di giatkan juga untuk meringankan biaya pengobatan si Farhan. Selain itu juga akhirnya di sambungkan Link ke Salah satu Yayasan pemerhati kesehatan anak2 tak berharta, ditemukan dengan salah satu spesialis bedah saraf kenalan kami, dan dari situ kami tau kalau ada tumor di otak Farhan sehingga cairan otaknya tersumbat regulasinya, akibatnya kepalanya membesar.. Membesar.. Membesar..

alhamdulillah Farhan bisa ditangani di RS.

Tak lagi terlihat Farhan dan ibunya duduk di trotoar Jogging Track Gelora Bung Karno bersama gelas plastik berisi recehan.

Enam tahun berlalu..

Saya sedang menikmati sabtu pagi yang santai di Jogging Track yg sama, setelah bertahun-tahun tidak menginjakkan kaki di tempat itu. Tiba-tiba pandangan saya terpaku pada sesosok wanita berkerudung duduk di trotoar, memegang gelas plastik berisi recehan, menggendong anak yang kepala dan badannya kelewat besar untuk berada di kain gendongan ibunya. Saya perhatikan, anak itu lemah sekali, matanya hanya separo terbuka, itu Farhan, ya Ampyuuun... Bentuk kepalanya masih begitu aja.

Saya hampiri mereka, ngobrol sedikit. Rupanya dulu setelah penggalangan dana dan bantuan kami dulu itu, Farhan sempat di operasi, namun untuk operasi tahap selanjutnya, kembali terbentur masalah biaya. Yah, begitulah..


Yang belum berubah disini,
Keadaan si Farhan, masih memprihatinkan.
Usaha si Ibu masih 'hanya' dengan mengandalkan gelas plastiknya.

Yang sudah berubah,
Tidak ada lagi anak-anak kuliahan (or anyone) yang meluangkan waktunya untuk peduli dan terhadap nasib si Farhan.
Tak ada lagi calon dokter muda yang curious sama keadaan kepala besarnya Farhan.

Entah akan gimana ujungnya.

Kalau dari saya, Yg sudah berubah adalah saya sekarang bukan anak kuliahan lagi, sudah menyelesaikan pendidikan profesi dokter. Yang belum berubah adalah saya masih hanya bisa mengangsurkan beberapa lembar rupiah kepada Farhan dan Ibunya.

Belum bisa berbuat lebih.

Sedih ya.

-uma-

Sunday, April 15, 2012

Happiness is a Simple Thing


So Simple.

Seperti waktu itu,
My self. 16 years old.
Saya ingat waktu itu masih jaman main games di ponsel Nokia, ada yang ular2-an itu, atau peperangan luar angkasa.
Suatu hari di tengah istirahat siang di high-school, saya memekik girang karena saya mencapai high score di ponsel teman saya. Saat itu score-nya termasuk tinggi, dan no one had ever beat that score, until I did it successfully that lunch time. Main game ponsel. Kejadian itu sederhana dan nggak penting (banget), tapi mampu mengangkat mood saya sampai beberapa hari waktu itu. Hehehe.


1 year later.
Saya, seperti teman-teman sekolah, mendaftar Ujian Negara untuk masuk universitas negeri (SPMB), but unfortunately I didn't pass the exam. Saya menjadi down, nangis beberapa hari, murung dan susah ketawa. That was thing I wanted SO MUCH, and I was failed. Hingga suatu hari My Lovely Daddy membawa kami sekeluarga ke Mall di pagi hari (ya, mall-nya belom buka), lalu nunggu mall buka di depan pintu, lalu makan es krim berempat di foodcourt hingga akhirnya buka. Saya yang lagi sedih kala itu, mulai bisa bercanda dengan adik saya. Dan suatu ketika, saya tertawa. Gak lama kemudian, I saw My Mom shed tiny tears on her eyes. Then I ask her: Mom, What's wrong? She didn't answer. But My Dad did. He said, "She's just so happy seeing her daughter laugh like that, doesn't seems so in a sorrow anymore." Melihat anaknya tertawa. Betapa sederhana-nya alasan kebahagiaan seorang ibu.


Few years later,
Salah satu organisasi di kampus saya memiliki program sosial membina adik- asuh. Jadi, beberapa volunteer akan secara rutin mengajar anak-anak (yg ekonomi keluarganya tergolong lemah) bahasa inggris, matematika, membaca Alquran, dan lainnya dan ada juga penggalangan dana untuk membantu membayar biaya sekolah, titik beratnya di pendidikan mereka. Nah, suatu hari sebagai refreshing, anak- anak tersebut akan diajak rekreasi ke Planetarium. Saya diajak untuk ikut menbimbing (alias mengasuh) mereka. So FUN, mereka sangat antusias di ajak jalan-jalan. Sepanjang jalan dengan bis mereka tertawa berisik, sambil banyak nanya :
"kita mau kemana sih,kak? Ada siapa aja kak disana? Bayar nggak kak? Nanti dikasih makan nggak kak?"...
Sampe pusing. Hahahaa..Tapi diantara anak2 super-excited itu, ada satu anak yg tampaknya murung dan penakut, tidak tanya apa-apa, tidak juga mengobrol ceriwis sama teman-temannya. Dia anak dibawah asuhan saya, belakangan saya tau, dia menjadi pribadi tertutup dan penakut karena rendah diri akan penampilan fisiknya. Jumlah jari tangan-nya tidak lengkap, dan dia termasuk gadis bertubuh sangat mungil untuk seusia-nya. Yg saya awalnya kira ia berusia 5 atau 6 tahun, ternyata ia sudah berusia 8 tahun. Mungkin faktor nutrisi yg membuat dia seperti ini. Teman-temannya pun sering meledek kekurangan fisiknya. Maka dia punya tembok tebal sekali yg dia bangun di sekeliling tubuhnya, untuk melindungi dia dari cemoohan atau ancaman. Sulit sekali mendekati dia, mengajak dia antusias akan pertunjukan di planetarium, atau games yang diadakan.Sampai ketika makan siang, saya membawakan lunchbox-nya dan makan di sebelahnya. Disitulah saya baru bisa berusaha ngobrol pribadi dengannya, Not Bad. Dia mulai bisa cerita tentang keluarganya, sekolahnya, dan lain lain. Sampai suatu ketika saya memberikan ayam goreng bagian saya untuknya, dia senang sekali. Dia memeluk lengan saya erat dengan tangannya yang belepotan nasi sambil tertawa gembira dengan suaranya yang pelan. Dia bilang, "Asiiiik. Ayam enak, kalo dirumah nggak ada". Hati saya menghangat. Berbagi makan siang. Se-sederhana itu untuk merasa bahagia.


Years later,
Saya bertemu orang-orang baru, lulus ujian, selesai jaga malam, menjalankan ibadah umroh with three people I love the most in the world, diambil sumpah sebagai dokter, melewati uji kompetensi dokter Indonesia, mendapat pekerjaan baru, menerima surat tanda registrasi dokter, menikmati sushi bersama orang-orang kesayangan .. Dan masih banyak sekali.. Alasan saya bahagia setiap harinya, setiap menitnya, setiap detiknya. Bahagia itu mudah. Bahagia itu sederhana.


Just the day before,
Saya sekarang memiliki jam kerja yang banyak setiap harinya. Hampir setiap hari saya tidur tidak di rumah karena jaga malam. Saya menyukai pekerjaan saya, banyak juga kebahagiaan saat menjalankannya. But, just no place like home. Just yesterday, I woke up in the morning in my own comfortable bed, greet my mom and dad warmly in the kitchen/dining room, request carrot juice and fried calamary for my breakfast, then ate them peacefully while watching my favourite series of all time. Doraemon. Pagi yang santai. Heaven.

So Simple.

She Feels happy, just by reading some text on her phone. So Simple.

Betapa sederhananya merasa bahagia.
Betapa banyaknya yang bisa disyukuri.
Betapa banyaknya yang HARUS disyukuri.


Our life are blessed.
Alhamdulillah.


-uma-

Saturday, April 7, 2012

Do Someone a Favor

hola..
Pasti pernah deh kita beberapa kali merasa berperilaku seperti lilin,

"menerangi sekitar, namun badan sendiri meleleh habis"

Perasaan apa yg muncul setelahnya?
Senang atau Menyesal?

Well, dalam hari - hari belakangan ini, saya sedang merasakan hal yang serupa.
Saya berbuat sesuatu untuk orang lain, yang ada kemungkinan akibatnya akan berdampak negatif buat diri saya sendiri.

Saya nggak tau harus merasa sok dermawan mulia, atau mengutuk diri karena menjadi orang naif yang bodoh, mau-maunya dirugikan.

Hehehe


Yang jelas niat saya (Insya Allah) baik, mudah - mudahan tetap lurus niat ini, nggak jadi bengkok akibat angkuh atau rapuh karena penyesalan.

Anyway.. Saya jadi ingat dahulu kala di jaman antah berantah pernah membuat komik tentang hal mirip - mirip begini. Kadang - kadang seneng lihat gambar sendiri yang mirip goresan tangan anak - anak. hahahhaaa...


Enjoy.