Ketika kuliah dulu,
Saya dan teman2 frequently held seminars or medical-trainings/workshops or social events di kampus. Sebagai upaya fund-raising kami mendirikan Booth yang mengadakan pemeriksaan kesehatan sederhana seperti pengukuran tekanan darah dan simple blood test plus medical advise about health and nutrition dengan biaya ringan atau 'seikhlasnya' di Jogging track Stadion Gelora Bung Karno setiap weekend. Kenapa hanya weekend? Well, soalnya weekdays-nya kan kami kuliah. Hehehe dan lagi area tersebut hanya ramai ketika weekend, di jejali orang2 yg berolahraga/berekreasi bersama keluarga juga.
Dalam berhari-hari berganti minggu saat menghidupkan Booth tersebut, kami kerap melihat ada seorang ibu menggendong anak sekitar 6 bulan dengan kepala superbesar yang terlihat sangat lemah, duduk di trotoar dengan gelas plastik berisi beberapa recehan. Ibu itu sedang fund-raising juga (sebagai kata lain yang halus dari meminta-minta mengharap belas kasihan) untuk penghidupan sehari-harinya, dan pengobatan sekedarnya untuk anak semata-wayangnya itu, sebut aja namanya Farhan.
Sampai suatu ketika, hati kami anak2 kuliahan ini tergerak prihatin oleh keadaan Farhan, Fund raising yg tadinya buat biaya acara kegiatan mahasiswa jadi di giatkan juga untuk meringankan biaya pengobatan si Farhan. Selain itu juga akhirnya di sambungkan Link ke Salah satu Yayasan pemerhati kesehatan anak2 tak berharta, ditemukan dengan salah satu spesialis bedah saraf kenalan kami, dan dari situ kami tau kalau ada tumor di otak Farhan sehingga cairan otaknya tersumbat regulasinya, akibatnya kepalanya membesar.. Membesar.. Membesar..
alhamdulillah Farhan bisa ditangani di RS.
Tak lagi terlihat Farhan dan ibunya duduk di trotoar Jogging Track Gelora Bung Karno bersama gelas plastik berisi recehan.
Enam tahun berlalu..
Saya sedang menikmati sabtu pagi yang santai di Jogging Track yg sama, setelah bertahun-tahun tidak menginjakkan kaki di tempat itu. Tiba-tiba pandangan saya terpaku pada sesosok wanita berkerudung duduk di trotoar, memegang gelas plastik berisi recehan, menggendong anak yang kepala dan badannya kelewat besar untuk berada di kain gendongan ibunya. Saya perhatikan, anak itu lemah sekali, matanya hanya separo terbuka, itu Farhan, ya Ampyuuun... Bentuk kepalanya masih begitu aja.
Saya hampiri mereka, ngobrol sedikit. Rupanya dulu setelah penggalangan dana dan bantuan kami dulu itu, Farhan sempat di operasi, namun untuk operasi tahap selanjutnya, kembali terbentur masalah biaya. Yah, begitulah..
Yang belum berubah disini,
Keadaan si Farhan, masih memprihatinkan.
Usaha si Ibu masih 'hanya' dengan mengandalkan gelas plastiknya.
Yang sudah berubah,
Tidak ada lagi anak-anak kuliahan (or anyone) yang meluangkan waktunya untuk peduli dan terhadap nasib si Farhan.
Tak ada lagi calon dokter muda yang curious sama keadaan kepala besarnya Farhan.
Entah akan gimana ujungnya.
Kalau dari saya, Yg sudah berubah adalah saya sekarang bukan anak kuliahan lagi, sudah menyelesaikan pendidikan profesi dokter. Yang belum berubah adalah saya masih hanya bisa mengangsurkan beberapa lembar rupiah kepada Farhan dan Ibunya.
Belum bisa berbuat lebih.
Sedih ya.
-uma-
No comments:
Post a Comment