Sunday, April 15, 2012

Happiness is a Simple Thing


So Simple.

Seperti waktu itu,
My self. 16 years old.
Saya ingat waktu itu masih jaman main games di ponsel Nokia, ada yang ular2-an itu, atau peperangan luar angkasa.
Suatu hari di tengah istirahat siang di high-school, saya memekik girang karena saya mencapai high score di ponsel teman saya. Saat itu score-nya termasuk tinggi, dan no one had ever beat that score, until I did it successfully that lunch time. Main game ponsel. Kejadian itu sederhana dan nggak penting (banget), tapi mampu mengangkat mood saya sampai beberapa hari waktu itu. Hehehe.


1 year later.
Saya, seperti teman-teman sekolah, mendaftar Ujian Negara untuk masuk universitas negeri (SPMB), but unfortunately I didn't pass the exam. Saya menjadi down, nangis beberapa hari, murung dan susah ketawa. That was thing I wanted SO MUCH, and I was failed. Hingga suatu hari My Lovely Daddy membawa kami sekeluarga ke Mall di pagi hari (ya, mall-nya belom buka), lalu nunggu mall buka di depan pintu, lalu makan es krim berempat di foodcourt hingga akhirnya buka. Saya yang lagi sedih kala itu, mulai bisa bercanda dengan adik saya. Dan suatu ketika, saya tertawa. Gak lama kemudian, I saw My Mom shed tiny tears on her eyes. Then I ask her: Mom, What's wrong? She didn't answer. But My Dad did. He said, "She's just so happy seeing her daughter laugh like that, doesn't seems so in a sorrow anymore." Melihat anaknya tertawa. Betapa sederhana-nya alasan kebahagiaan seorang ibu.


Few years later,
Salah satu organisasi di kampus saya memiliki program sosial membina adik- asuh. Jadi, beberapa volunteer akan secara rutin mengajar anak-anak (yg ekonomi keluarganya tergolong lemah) bahasa inggris, matematika, membaca Alquran, dan lainnya dan ada juga penggalangan dana untuk membantu membayar biaya sekolah, titik beratnya di pendidikan mereka. Nah, suatu hari sebagai refreshing, anak- anak tersebut akan diajak rekreasi ke Planetarium. Saya diajak untuk ikut menbimbing (alias mengasuh) mereka. So FUN, mereka sangat antusias di ajak jalan-jalan. Sepanjang jalan dengan bis mereka tertawa berisik, sambil banyak nanya :
"kita mau kemana sih,kak? Ada siapa aja kak disana? Bayar nggak kak? Nanti dikasih makan nggak kak?"...
Sampe pusing. Hahahaa..Tapi diantara anak2 super-excited itu, ada satu anak yg tampaknya murung dan penakut, tidak tanya apa-apa, tidak juga mengobrol ceriwis sama teman-temannya. Dia anak dibawah asuhan saya, belakangan saya tau, dia menjadi pribadi tertutup dan penakut karena rendah diri akan penampilan fisiknya. Jumlah jari tangan-nya tidak lengkap, dan dia termasuk gadis bertubuh sangat mungil untuk seusia-nya. Yg saya awalnya kira ia berusia 5 atau 6 tahun, ternyata ia sudah berusia 8 tahun. Mungkin faktor nutrisi yg membuat dia seperti ini. Teman-temannya pun sering meledek kekurangan fisiknya. Maka dia punya tembok tebal sekali yg dia bangun di sekeliling tubuhnya, untuk melindungi dia dari cemoohan atau ancaman. Sulit sekali mendekati dia, mengajak dia antusias akan pertunjukan di planetarium, atau games yang diadakan.Sampai ketika makan siang, saya membawakan lunchbox-nya dan makan di sebelahnya. Disitulah saya baru bisa berusaha ngobrol pribadi dengannya, Not Bad. Dia mulai bisa cerita tentang keluarganya, sekolahnya, dan lain lain. Sampai suatu ketika saya memberikan ayam goreng bagian saya untuknya, dia senang sekali. Dia memeluk lengan saya erat dengan tangannya yang belepotan nasi sambil tertawa gembira dengan suaranya yang pelan. Dia bilang, "Asiiiik. Ayam enak, kalo dirumah nggak ada". Hati saya menghangat. Berbagi makan siang. Se-sederhana itu untuk merasa bahagia.


Years later,
Saya bertemu orang-orang baru, lulus ujian, selesai jaga malam, menjalankan ibadah umroh with three people I love the most in the world, diambil sumpah sebagai dokter, melewati uji kompetensi dokter Indonesia, mendapat pekerjaan baru, menerima surat tanda registrasi dokter, menikmati sushi bersama orang-orang kesayangan .. Dan masih banyak sekali.. Alasan saya bahagia setiap harinya, setiap menitnya, setiap detiknya. Bahagia itu mudah. Bahagia itu sederhana.


Just the day before,
Saya sekarang memiliki jam kerja yang banyak setiap harinya. Hampir setiap hari saya tidur tidak di rumah karena jaga malam. Saya menyukai pekerjaan saya, banyak juga kebahagiaan saat menjalankannya. But, just no place like home. Just yesterday, I woke up in the morning in my own comfortable bed, greet my mom and dad warmly in the kitchen/dining room, request carrot juice and fried calamary for my breakfast, then ate them peacefully while watching my favourite series of all time. Doraemon. Pagi yang santai. Heaven.

So Simple.

She Feels happy, just by reading some text on her phone. So Simple.

Betapa sederhananya merasa bahagia.
Betapa banyaknya yang bisa disyukuri.
Betapa banyaknya yang HARUS disyukuri.


Our life are blessed.
Alhamdulillah.


-uma-

No comments:

Post a Comment