Apa boleh buat.
Terjadi karena terobeknya
hati.
Meskipun sudah (seolah-olah)
sembuh diselimuti hangat oleh tegarnya logika, atau lembutnya kasih sayang.
Termaafkan.
Tapi tidak lantas membuat
amnesia.
Bertransformasi menjadi
dendam.
Tak selalu berwujud kongkrit.
Tak selalu tercermin dalam
kelakuan antagonis.
Bisa cuma tersimpan rapi di
alam bawah sadar.
Tetap ada.
Teronggok pasrah di pojok
hati.
Lunglai seperti karung goni
basah yang disirami bensin.
Menunggu percikan api sekecil
apapun untuk langsung nyala berkobar.
Meledak seketika.
Membakar habis ruang seperti
apapun yang ditempatinya.
Mohon Ampuni saya, Tuhan.
Jagalah kalbu saya bersih
hingga ke sudut gelapnya. Tanpa onggokan busuk berlumur bensin, yang bisa
menyebabkan ruang hati saya kebakaran.
-uma-
No comments:
Post a Comment