Monday, March 12, 2012

Struggle to Survive

Hola,Miracle.
Nice to see you again.

Jadi begini ceritanya. Seusai lepas jaga malam, jam 9 pagi,, ada datang pasien hamil 20 minggu dengan perdarahan pervaginam.
Karena curiga abortus, dirujuklah itu ibu ke spesialis kandungan.
Ibu itu menunda keberangkatannya karena mau menunggu suaminya yang mau datang ke kantor dulu untuk absen dan minta izin, baru setelahnya ke Sp.OG bersama suaminya. Sudah ditawarkan untuk diantarkan saja secepatnya ke RS, tapi ibu itu bersikeras mau menunggu suaminya saja.

Baiklah.

Selang berapa menit kemudian, terdengarlah jeritan dari kamar mandi. Ibu tadi rupanya kembali mengeluarkan darah,, kali ini beserta bayi yg baru 20 minggu itu keluar lengkap dengan plasentanya. Panjangnya tak lebih dari 25 cm dengan taksiran berat 500 gram maksimal. Bayi itu membiru abu abu tak bergerak di lantai kamar mandi. Kulitnya masih licin tanpa rambut dimanapun. Belum terlihat gurat2 garis telapak dan sidik jari di kaki dan tangannya. Pada beberapa jemarinya belum tumbuh kuku. Kelaminnya belum terbentuk sempurna. Tak mungkin ada kehidupan dalam jasad begitu. Ibu itu menangis, menjerit2 tidak mau beranjak dari kamar mandi.
Kemudian saya, membereskan newborn non-viable baby, dan memasukkannya berikut plasentanya ke dalam baskom besar, lalu menutupnya dengan kain steril putih. Sengaja belum saya bungkus rapih supaya ayah si baby bisa melihatnya dulu.

Selang beberaapa menit saya mandi, ganti baju dn beristirahat. Lalu entah mengapa saya ingin melihat lagi si bayi mungil. Saya datangi baskomnya, saya singkap penutup putihnya saya pandangi jasadnya dengan sedih.
Lalu tiba2...

Iga-nya bergerak.

Dia bernafas.

Langsunglah kami mengambil tabung oksigen, suction untuk menyedot lendir yang menghalangi jalan nafas bayi, menyelimuti baby dengan linen kering, menyoroti dengan 3 lampu pijar, dan mengalasi baby dengan warmer. Dengan nasal canule dewasa (seadanya) kami memeganginya menempel pada hidung baby. Mengganti alasnya dengan linen kering dan hangat, menyelimutinya. Berganti-ganti.
Sekitar 30 menit setelah itu, warna kebiruan di wajah baby memerah, dan dia menangis lirih.

Eee....aaaa...eeee....

Perasaan kami tak terkatakan deh mendengar suara pelan sederhana itu.

Ayah si bayi tiba, lalu melihat keadaan bayi-nya dan menangis. Limbung hampir pingsan. Sayangnya kondisi baby sangat tidak stabil sehingga riskan untuk dibawa tanpa instalasi ambulans ke RS dengan fasilitas yang lebih lengkap. Lagipula sudah keputusan keluarga untuk membawa baby saja pulang, karena tidak memiliki biaya untuk perawatan intensif di RS (yang pasti tak kan sedikit).

Saya pun tau prognosisnya, seandainyapun baby dibawa ke RS lengkap. Nasa canule seadanya yang sedari tadi dipasang terpaksa di hidungnya juga theoritically will irritate her nasal mucous and lungs.

Beberapa jam kemudian adik saya texting mengabarkan baby meninggal. Non-viable baby born, berhasil bertahan beberapa jam setelah sebelumnya bermenit-menit kedinginan di basahnya lantai kamar mandi, dan tanpa support oksigen dan kehangatan di dalam baskom dingin.

Miracle.

Setelah beberapa lama, masih membuat speechless.

-uma-

No comments:

Post a Comment