Saya duduk disini, dengan senyum mengembang maksimal yang tak lepas sejak beberapa menit yang lalu. Di leher saya terlingkar sebuah medali. Dipangkuan saya terletak map batik berisi ijazah profesi dokter. Sekeliling saya terasa aura kegembiraan dan sukacita.
Setelah ini, tidak ada lagi yang lebih mengenal saya sebagai mahasiswa, ataupun mbak “sus”, atau kakak guru les privat, ataupun pengiring chamber, atau blah blah blah blah lainnya.
Saya diambil sumpah sebagai dokter hari ini.
Sekelebat teringat masa – masa menjalani detik demi detik sangat panjang saat masih memimpikannya. Masa – masa meraba dalam kegelapan – tak tau mana yang benar mana yang salah, masa – masa dimana waktu seperti selalu kurang, masa – masa belajar menghargai dan dihargai – mencoba bertahan tegak berdiri di tengah hukum rimba – tau saat yang tepat untuk mendongak, pula paham saat harus merunduk.
Masa – masa yang … sekarang terasa sangat kekanak – kanakan. Hehehehehe..
Segala tangis keluh benci yang dulu kerap terucap seperti tidak pernah ada.
Hari ini Cuma ada suka cita yang ingin dibagi, terutama untuk ayah dan bunda. Setiap wajah mereka terlintasma da luapan kebanggaan menggelitik kelenjar air mata, Entah bangga sama siapa. Mungkin ini hanya kepongahan seorang anak bangga akan dirinya sendiri, telah meraih salah satu cita 0 cita besarnya. Mungkin juga merupakan wujud bangga pada ayah bunda yang mampu memberikan limpahan kasih perhatian daya upaya, sehingga hari ini ada. Atau mungkin kebanggaan ini hanyalah sinonim dari perasaan bersyukur, berterimakasih pada semesta, atas pencapaian langkah kecil ini.
Akhirnya …
Sudah berlalu enam puluh menit. Senyum saya masih terkembang, maksimal…
Hehehehehe
-uma-
Note: Selamat teman sejawat, atas pengambilann sumpah-nya hari ini. Semoga optimism ini dapat selalu kita bawa dalam menjalankan profesi ini ke depannya. Aamiin.
No comments:
Post a Comment